Gepetto, salah satu komik di line webtoon, bercerita tentang keharmonisan manusia dengan robot. Konflik antara manusia dengan robot android pun menunjukkan adanya kekhawatiran dalam memanfaatkan teknologi ini. Sudah siapkah kita?Sekilas tentang kekhawatiran
Dirasah Ilmu – Sebenarnya sudah banyak informasi yang para pembaca dapatkan mengenai gambaran masyarakat di masa depan. Sebut saja film-film fiksi ilmiah seperti Star Wars, Star Trek, Guardian of Galaxy, Terminator dan semacamnya. Kesemuanya mencoba menjelaskan sebuah keadaan dystopia di masa depan tentang kondisi masyarakat di masa depan. Dari film-film tersebut yang disebutkan sebelumnya, tak hanya kondisi dystopia, ada sebuah kesamaan berupa kehidupan bergantung pada teknologi robotika.
Saat ini, perkembangan teknologi robotika telah memasuki era yang cukup meyakinkan, hingga seorang Kurzweil menyatakan 20 tahun dari sekarang akan muncul sebuah era dimana manusia sudah terintegrasi dengan teknologi, ia menyebutnya dengan sebutan technological singularity. Prediksi ini tergolong masuk akal karena saat ini perkembangan di dunia robotika sudah sangat mengagumkan sehingga para peneliti dan ilmuwan menganggap bahwa ketidakstabilan robot, khususnya robot dengan teknologi kecerdasan buatan (AI), mampu mengancam peradaban manusia.
Yang menjadi pertanyaan adalah ancaman apa yang akan dihadapi oleh peradaban manusia dengan kehadiran teknologi ini sendiri? Salah satunya adalah bahwa robot justru tidak tahu apakah dia benar atau salah karena ia dibuat dan diprogram untuk melakukan satu perintah. Maksudnya? Sebut saja seperti ia diprogram untuk membuat sebuah peniti yang secara atomik memiliki komposisi yang sama dengan tubuh makhluk hidup. Bisa saja di masa depan ia akan menggunakan bagian tubuh manusia untuk membuat peniti.
Meskipun demikian, perkembangan robot perlu untuk digaris bawahi karena robot dibuat dalam hal untuk mempermudah pekerjaan manusia seperti aktivitas-aktivitas yang mampu membahayakan hidup manusia. Oleh karenanya, yang perlu dipahami bahwa teknologi Artificial Intelligence (AI) yang sepertinya menjadi ancaman.
Sekilas tentang Artificial Intelligence, AI
Keinginan untuk menciptakan sebuah hal yang mampu berpikir seperti sebuah otak manusia telah menjadi dambaan di dunia teknologi. Hal itu didasari atas keinginan untuk mempermudah pekerjaan-pekerjaan yang tidak mungkin untuk dilakukan oleh manusia. Selain itu, alasan lain bisa saja tertuju pada kesadaran manusia atas ketidakmampuan kita dalam memecahkan suatu masalah karena keterbatasan ruang dan waktu sehingga dipandang perlu untuk menciptakan sebuah sistem kecerdasan buatan yang mampu menjawab tantangan tersebut.
AI dianggap lebih berbahaya di masa depan oleh beberapa ilmuwan seperti Elon Musk dan Stephen Hawking. Mengapa demikian?
Artificial Intelligence pertama sekali diinspirasi oleh Alan Turing dalam sebuah komputer untuk memecah kode rahasia Jerman yang bertujuan untuk memenangkan perang dunia saat itu. Kehadiran teknologi AI memacu beberapa peneliti dan ilmuwan untuk mengembangkan teknologi ini dalam bentuk humanoid, robot mirip manusia yang dilengkapi oleh sistem kecerdasan buatan. Akan tetapi, penulis berasumsi, kekhawatiran muncul ketika Isaac Asimov meluncurkan sebuah novel berjudul I, Robot, -- yang beberapa dekade kemudian dibuat filmnya -- tentang sebuah robot dengan sistem kecerdasan buatan mampu berpikir dan berperilaku seperti manusia sehingga dapat mengancam keberadaan manusia. Lalu, dimana letak permasalahannya?
Nah, adanya sebuah sistem kecerdasan buatan yang dimiliki oleh Robot menunjukkan sebuah hal berupa robot juga manusia (teringat sebuah lagu). Artinya, apabila manusia sebagai pencipta memperlakukan robot tidak seperti semestinya maka ia akan memberontak sehingga akan terjadi peperangan antara robot dan manusia yang secara analisis SWOT, robot diunggulkan dan peradaban manusia akan terancam. Di lain hal, apabila dalam suatu konflik bahwa robot dianggap sebelah mata oleh manusia karena setiap pendapatnya tidak diterima maka ia juga akan melakukan pemberontakan. Dan keadaan seperti ini yang dikhawatirkan oleh para ilmuwan.
Lalu, apa yang harus dilakukan?
Hemat penulis, tidak perlu ada yang perlu dikhawatirkan bagi kita selama teknologi artificial intelligence hanya ditujukan pada hal-hal yang bersifat membantu pekerjaan manusia, khususnya di aspek-aspek yang manusia sulit untuk dilakukan. Sebagai contoh, artificial intelligence yang digunakan untuk membantu para dokter dalam radiologi. Kasus seperti ini sangat dibutuhkan karena diperlukan efisiensi dan akurasi dalam rangka mengambil tindakan.
Namun demikian, bukan berarti penulis ketika menjabarkan pendapatnya merasa tenang tanpa ada kekhawatiran. Justru sebaliknya, penulis khawatir di lain hal ketika manusia terlalu bergantung pada robot yang dilengkapi artificial intelligence seperti pada robot pengasuh atau babysitter.
Siapkah kita untuk hidup berdampingan?
Teknologi artificial intelligence secara khusus dibutuhkan untuk meringankan pekerjaan manusia khususnya yang memerlukan nilai-nilai efektifitas, efisiensi, akurasi dan keselamatan kerja. Oleh karenanya, dengan kebutuhan yang mendesak tentunya kita harus menyiapkan diri kita untuk berafiliasi dengan teknologi artificial intelligence. Meskipun demikian, perlu untuk digarisbawahi bahwa dependensi manusia terhadap teknologi kecerdasan buatan akan mengarah pada degradasi sifat manusia sehingga apa yang dikhawatirkan akan muncul.
0 comments: