Komunikasi yang baik meningkatkan rasa kepedulian yang tinggi |
Bagi anda yang sewaktu duduk di bangku kuliah pernah mengenyam pendidikan berorganisasi, maka anda akan pernah mengalami suatu keadaan dimana anda jenuh untuk berorganisasi. Secara tidak langsung, hal tersebut akan mempengaruhi kinerja dari seseorang dalam organisasi tersebut.
Dirasah Ilmu – Perbedaan yang sangat mendasar antara organisasi kesiswaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan dengan organisasi pekerjaan adalah mereka bekerja dan mengurus diberikan gaji. Sehingga, cukup jelas memang bahwa bagi anda yang loyal dan militant dalam berorganisasi tentunya anda melihat ada potensi diri anda yang dapat dikembangkan di organisasi tersebut. Ataupun bagi mereka yang tetap sepenuh hati menjalankan perannya sesuai dengan tupoksinya (tugas, pokok, dan fungsi) menganggap adanya sebuah keuntungan yang akan didapatkan – mereka ini memiliki prinsip menanam dahulu, lalu menuai kemudian. Meskipun demikian, tetap ada sebuah keuntungan yang harus didapatkan ketika berorganisasi.
Selain gaji, tentunya berorganisasi mampu memberikan keuntungan lain dan keseluruhan keuntungan itu merupakan soft skills yang tidak didapatkan di dalam kajian-kajian teoretikal. Salah satu yang penting adalah kemampuan komunikasi yang nantinya berdampak positif pada menjaga keharmonisan antar individu. Hal ini dianggap penting karena keharmonisan memberikan pengaruh yang signifikan pada suatu organisasi seperti yang dilaporkan pada studi terbaru di Swedia. Ternyata, kecemburuan yang diakibatkan oleh keberpihakan seseorang pada suatu orang atau kelompok secara signifikan mempengaruhi kinerja individu.
Berdasarkan penelitian tersebut, ternyata bukan komunikasi yang tidak baik yang dapat merusak hubungan melainkan tingkat intensitas dan tidak adilnya seseorang dalam berkomunikasi. Tentunya, hal ini bagi para pemimpin-pemimpin di organisasi seperti seorang ketua umum dengan jajaran staf pengurusnya, direktur dengan staf pengurusnya merupakan sebuah kendala yang harus diatasi. Secara langsung studi tersebut menyatakan bahwa seseorang yang mengalami ketidakadilan dalam berorganisasi dapat merusak keharmonisan organisasi melalui sikap sakit hati yang ditunjukkan dengan cara ”tidak hadir atau absence”.
Dalam studi ini, University of East Anglia (UEA) dan Stockholm University, melibatkan data sebanyak 19,000 pegawai di Swedia. Berdasarkan investigasi yang mereka dapatkan, ketidakhadiran disebabkan oleh adanya gangguan jangka panjang pada aspek interpersonal dan komunikasi-informasi. Studi ini juga menemukan adanya hubungan timbal balik antara buruknya komunikasi yang tidak adil tersebut dengan jumlah absen yang dibuat oleh para pekerja. Semakin kecil tingkat keadilan dalam berkomunikasi antar satu pekerja dengan pekerja lain mengakibatkan peningkatan ketidakhadiran.
Memang, masih ada hal-hal lain yang dapat menyebabkan ketidakharmonisan dalam suatu organisasi seperti, perbedaan umur, jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi, bahkan demografi tempat tinggal. Namun demikian, faktor yang sangat mempengaruhi motivasi seseorang untuk loyal dan militant dalam berorganisasi adalah intensitas dan adil-tidaknya seorang pemimpin dalam berkomunikasi dengan setiap individu yang ada didalam organisasi tersebut.
0 comments: