Monday, December 25, 2017

Mengapa kita merasa kantuk setelah makan?

Konsumsi karbohidrat berlebihan penyebab rasa kantuk setelah makan
(sumber gambar dari carapanduandotcom)
“Siap makan, lalok” adalah istilah yang sering digunakan oleh masyarakat minang untuk menyatakan seseorang yang setelah makan mengantuk. Memang, fenomena ini tergolong universal karena tak hanya masyarakat daerah, masyarakat perkotaan dan di luar negeri pun merasakan hal yang sama. Istilah food coma atau secara literal koma karena makanan disematkan pada mekanisme biologis ini. Lalu, bagaimana ini bisa terjadi?

Dirasah Ilmu – Entah mengapa yang terjadi pada sistem pencernaan manusia. Selepas makan, maka kita akan cepat merasakan kantuk. Padahal, makanan yang kita makan sebelumnya tergolong makanan yang tak membuat kantuk, sebut saja seperti makanan yang disertai dengan cabai. Tentunya, rasa pedas dan panas pada tubuh seharusnya tak membuat kantuk. Namun, hal tersebut justru membuat kantuk. Begitu pula dengan jenis makanan lain seperti sup, gulai ataupun makanan berkuah seperti mie. Meskipun demikian, ada hal yang menarik dari kesemuanya yaitu hanya di jam-jam tertentu saja kita akan merasakan kantuk selepas memakan makanan.

Dalam istilah ilmiah, -- istilah umum yang digunakan ialah food coma atau carb coma --, fenomena mengantuk selepas makan disebut dengan postprandial somnolence yang berarti merasakan nyaman atau lelah setelah makan (postprandial berarti setelah makan, somnolence berarti lelah atau nyaman). Fenomena ini disebabkan karena adanya hormon tertentu yang menyebabkan kita untuk merasa nyaman sehingga berujung pada rasa mengantuk. Untuk memahaminya lebih lanjut, kita harus memahami bagaimana sistem pencernaan pada tubuh manusia berlangsung.

Ketika kita makan, makanan yang masuk ke dalam mulut dikunyah dengan bantuan ludah yang mengandung berbagai enzim. Proses ini lalu sampai ke tenggorokan dan diteruskan ke lambung. Selanjutnya, pada saat sebelum sampai ke lambung, perut memproduksi hormon gastrin yang bertujuan untuk memicu cairan lambung untuk memulai proses pencernaan. Pada proses ini, cairan lambung yang berupa asam klorida bertujuan untuk memecah makanan menjadi zat-zat yang lebih kecil sehingga mudah diserap oleh tubuh di organ usus kecil, dan di saat yang bersamaan tubuh memproduksi hormon enterogastrone agar menjaga aliran darah pada saat proses penyerapan.

Di lain hal, untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah dalam tubuh karena zat-zat makanan sedang diserap, organ pankreas memproduksi hormon insulin. Produksi hormon insulin juga disertai dengan produksi asam amino jenis tertentu seperti tryptophan yang secara langsung mempengaruhi otak manusia. Tryptophan adalah asam amino yang bertanggung jawab dalam hal proses kantuk pada tubuh manusia pada saat selesai makan.

Pada saat otak menerima signal adanya produksi hormone insulin, maka otak mengubah tryptophan menjadi serotonin. Hormon serotonin inilah yang membuat kita merasa santai seolah-olah ingin merebahkan badan. Setelah itu, serotonin akan diubah menjadi senyawa melatonin yang membuat anda merasa lelah yang berujung pada rasa kantuk.

Menariknya, rasa kantuk yang dialami setelah makan tak berlaku pada semua waktu makan, baik itu pagi; siang; malam. Proses kantuk dialami ketika hormon insulin diproduksi oleh pankreas yang di saat bersamaan asam amino tryptophan dikirim untuk menstimulus otak. Secara logika, waktu makan yang mempengaruhi produksi hormon insulin yang tinggilah yang membuat kita akan merasakan kantuk setiap selesai makan. Artinya, makan yang kandungan makanannya mengandung karbohidrat tinggi akan membuat rasa kantuk terjadi setelah proses pencernaan atau makan.

Jadi, apabila anda ingin menjauhi rasa kantuk selepas makan siang pada hari-hari bekerja, ada baiknya untuk mengurangi asupan karbohidrat pada saat makan.

0 comments: