Mempelajari bahasa asing sedari dini |
Di Indonesia sendiri telah banyak kursus-kursus yang menyediakan pendidikan bahasa asing, terutama untuk bahasa Inggris, Mandarin dan Perancis. Akan tetapi, berdasarkan opini penulis yang juga merupakan instruktur bahasa Inggris menganggap bahwa banyak para kursus menjalankan pelatihan bahasa bukan sebagai bahasa, melainkan subjek ilmu lain. Sederhananya, bahasa diajarkan dengan cara mengingat bukan sebagai bahasa itu sendiri.
Maksudnya adalah mempelajari sebuah bahasa asing tentu kita harus menjelma menjadi orang yang berbahasa asing tersebut. Dalam pengertian lain yaitu, jika anda ingin mempelajari bahasa Inggris maka jadikanlah diri anda sebagai orang Inggris (khususnya dalam aspek linguistik dan literatur). Maksudnya? Belajar bahasa asing dimulai dengan memahami bahasa dan budaya asing. Masih bingung sih, maksudnya apa?
Salah satu tantangan dalam mempelajari bahasa asing ialah perbendaharaan kata-kata, atau dalam istilah bahasa Inggris yaitu (1) lexical resources, dan (2) vocabulary. Umumnya, mempelajari perbendaharaan kata-kata dilakukan dengan menulis sebuah daftar yang terdiri atas kata-kata beserta arti sehingga menghapal adalah proses yang terbaik. Namun, sebuah studi menyatakan bahwa mempelajari perbendaharaan kata-kata lebih baik dilakukan dengan menggunakan informasi kontekstual [1]. Studi tersebut menyatakan bahwa orang dewasa lebih efektif mempelajari bahasa asing melalui metode interaksi sosial.
Berdiskusi mampu meningkatkan kemampuan kontekstual |
Di lain hal, dalam mempelajari bahasa Inggris dapat dilakukan dengan memahami bagaimana orang-orang Inggris melakukan diskusi. Sebut saja seperti penggunaan kalimat-kalimat pembuka seperti “in my opinion”, “I agree/ disagree”, atau penggunaan kalimat “based on experience”. Artinya, orang dewasa cenderung memahami perbendaharaan kata-kata melalui aktivitas-aktivitas praktis. Berbeda dengan anak-anak yang cenderung menyukai proses pembelajaran yang bersifat atraktif, aktif dan mengandung unsur menyenangkan.
Selain itu, adanya bentuk diskusi menunjukkan sebuah interaksi antara seseorang dengan yang lainnya. Sehingga, proses penyerapan kata-kata yang diungkapkan oleh lawan bicara dapat dimaksimalkan juga. Meskipun demikian, ada empat hal yang perlu diawasi selama proses pembelajaran kontekstual [2], yaitu:
- Pendekatan pada konteks pembicaraan harus akurat
- Penggunaan sumber referensi harus berdasarkan realita kehidupan
- Penggunaan ide yang sama harus dihindari
- Diskusi grup harus terdistribusi merata agar tidak terjadi perselisihan
Referensi
[1] L. Verga and S. A. Kotz, "Helo me if I can't: Social interaction effects in adult contextual word learning," Cognition, no. 168, pp. 76-90, 2017.
[2] S. Imel, "Youth Development and Agricultural Education," 2000. [Online]. Available: https://www.ydae.purdue.edu/lct/HBCU/documents/ContextualLearninginAdultEducation.pdf. [Accessed 31 Agustus 2017].
0 comments: