Saturday, October 14, 2017

Sesungguhnya Bulan Memiliki Atmosfer

Sejak tahun 1966, dimana Apollo XI mendarat di Bulan, pengetahuan tentang lingkungan geologis dan geografis Bulan hanya terpaku pada kehampaan. Namun, studi terbaru menyatakan justru Bulan memiliki atmosfer.
Observasi tentang atmosfer bulan
Dirasah Ilmu – Bulan, yang merupakan satelit alamiah bumi, memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Kehadiran bulan memberikan dampak yang cukup signifikan seperti gejalan pasang surut air laut melalui gaya rotasinya yang menguntungkan bagi para nelayan untuk pergi ke laut. Bulan juga memantulkan sinar matahari ke beberapa bagian bumi yang mengalami kegelapan akibat rotasi bumi sehingga masyarakat masih dapat beraktivitas. Namun yang menarik adalah tentang studi terbaru yang menyatakan bulan memiliki atmosfer, dan apakah ini berdampak pada kehidupan di Bumi?

Layaknya sebuah benda planet lainnya, Bulan memiliki gejala-gejala alamiah yang secara frekuentif terus beraktivitas. Aktivitas volkanik dan geologi bulan tak bisa dianggap sebagai sebuah fenomena yang biasa. Begitu pula yang seperti yang dilaporkan oleh para ilmuwan ini yang menyatakan bahwa adanya aktivitas vulkanik bulan mengindikasikan bahwa Bulan memiliki atmosfer. Aktivitas vulkanik ini terjadi secara berkala di awal terbentuknya bulan sehingga terjadi erupsi dalam skala massif. Sebagai hasilnya, material erupsi berbentuk mudah menguap atau volatile mengapung di permukaan bulan akibat adanya gravitasi yang mengakibatkan Bulan memiliki atmosfer.

Meskipun demikian, atmosfer Bulan tidak berlangsung lama. Hal tersebut diakibatkan karena tidak cukupnya kekuatan gravitasi yang dihasilkan oleh Bulan untuk menjaga atmosfer tersebut layaknya Bumi melalui gaya magnetik bumi.

Pengaruh munculnya atmosfer pada bulan
Seperti yang kita ketahui, kehadiran atmosfer pada suatu benda planet mengindikasikan dua hal. Asumsinya adalah, benda planet tersebut memiliki kekuatan gaya tarik atau gravitasi, dan benda planet tersebut memiliki sistem proteksi yang cukup mumpuni. Akan tetapi, yang menjadi tolak ukur dalam pengaruh terletak pada gaya tarik atau gravitasi dari si benda planet dalam menjaga atmosfernya. Tentunya, dalam hal ini Bulan memiliki pengaruh yang cukup signifikan di awal terbentuknya.

Pada awal pembentukannya, gravitasi Bulan cukup besar sehingga jarak antara Bumi dan Bulan saat itu cukup dekat. Kedekatan jarak ini tentu dapat mengakibatkan fenomena tabrakan sehingga dapat menyebabkan kerusakan yang cukup besar. Namun demikian, hal tersebut tidak terjadi karena hingga saat ini, gravitasi bulan hanya terletak pada gaya rotasinya sehingga tidak memunculkan problematika yang cukup mengkhawatirkan, dan hanya terbatas pada gejala pasang surut air laut.

Akan tetapi, pemahaman tentang adanya atmosfer di permukaan Bulan menunjukkan adanya kondisi lingkungan yang perlu diwaspadai, terkhususnya pada eksplorasi Bulan. Kemunculan material volatile di atmosfer menunjukkan terperangkapnya sebuah cairan dalam bentuk gas, atau bahkan awan. Apabila observasi yang sedang berlangsung menemukan hal tersebut, maka tidak tertutup kemungkinan perjalanan eksplorasi Bulan akan memanfaatkan atmosfer ini sebagai alat pendukung kehidupan.

Bulan dan Atmosfernya

Saat ini, para ilmuwan di Lunar and Planetary Institute di Houston, Texas sedang melakukan pengamatan secara berkala dan terperinci. Berdasarkan pengamatan mereka, emisi dari aktivitas vulkanik tersebut sebesar 10 trilion gas, dan ini terjadi sekitar 70 juta tahun yang lalu.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa, gejala vulkanik mampu memunculkan sebuah sistem atmosfer baru yang tentunya dapat mempengaruhi kondisi geologis, dan klimatologis sebuah benda planet. Dalam hal ini, Bulan, pemahaman tentang ini juga mengindikasikan bahwa probabilitas keberadaan air sehingga Bulan layak untuk ditempati.

Referensi
[1] Gambar didownload dari http://www.thelivingmoon.com

0 comments: