Penggunaan smartphone pada saat rapat dan berbicara mengurangi rasa hormat satu sama lain |
Dirasah Ilmu -- Salah satu diskusi di laman facebook Dirasah Ilmu menghasilkan sebuah ketakutan berupa teknologi justru akan menjadikan manusia sebagai peliharaan. Sepertinya, apa yang ditakuti oleh Musk dan Hawking semakin jelas karena adanya sebuah bentuk ketergantungan seseorang pada smartphone mereka. Keadaan ini diperparah dengan banyaknya berbagai alasan seperti ada telepon mendadak yang tidak dapat dibatalkan, ataupun kebutuhan rapat untuk menggunakan devais-devais elektronik. Namun demikian, apabila manusia sendiri tidak memahami esensi rapat itu sendiri, maka kalimat Einstein pun tepat.
Rapat atau meeting memiliki peranan penting dalam suatu organisasi maupun institusi karena mengandung hal-hal fundamental dalam komunikasi dan menjalin pemahaman bersama antara sesama pekerja ataupun pengurus. Pertemuan formal ini merupakan tempat bagi mereka untuk mengungkapkan ketidakpuasan akibat rasa kecewa, ataupun bagi mereka untuk menyampaikan rasa terima kasih karena kepuasan yang telah didapatkan. Agar terciptanya nuansa rapat yang memuaskan maka para peserta rapat harus dapat memenuhi kriteria-kriteria antara lain konsentrasi peserta rapat dan informasi yang dibicarakan selama rapat berlangsung.
Kehadiran devais-devais elektronik khususnya telepon pintar atau smartphone pada saat rapat memberikan dampak yang cukup signifikan. Persoalan utama yang dihadapi umumnya berupa seorang supervisor atau pemimpin institusi/ organisasi menggunakan smartphone-nya pada saat rapat. Studi yang dilakukan oleh Baylor University ini menyematkan istilah boss phubbing (boss phone snubbing) yang mengakibatkan si pemimpin teralihkan pada persoalan lain. Tentunya, bagi para pekerja atau pengurus, hal ini menyebabkan kekecewaan. Sebagai ilustrasi, ketika pekerja atau pengurus menyampaikan hal-hal yang telah dilakukan dan di tengah-tengah proses penyampaian terjadi pengalihan yang disebabkan baik oleh si bos sendiri maupun orang lain terhadap sang bos. Ketika selesai menelepon, pekerja atau pengurus mengulang kembali apa yang telah disampaikan.
Namun, persoalan teralihkannya konsentrasi si bos juga tak hanya terjadi di institusi semata. Saat ini, banyak juga para peserta rapat yang justru berperilaku tidak baik. Para peserta rapat cenderung memainkan smartphone-nya meskipun tidak ada telepon masuk, message chatting yang masuk, ataupun notifikasi tertentu. Kecenderungan untuk berperilaku ini tergolong sebagai sebuah sindrom ketergantungan pada smartphone yang disebabkan keinginan untuk menghilangkan rasa bosan pada saat rapat. Apa bosan?
Hasil studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Baylor University ini menunjukkan bahwa salah satu berhasilnya rapat adalah dengan mengesampingkan telepon genggam ataupun smartphone yang dimiliki. Namun, bukan berarti tidak boleh untuk menggunakannya. Poin terpenting dari hasil penelitian ini ialah mengalokasikan konsentrasi pada momen rapat. Survey yang melibatkan 419 pekerja ini menyatakan bahwa 75 persen dari mereka merasa kecewa dan sulit untuk mempercayai supervisor yang pada saat rapat menggunakan teleponnya.
Sebagai kesimpulan perilaku akibat ketergantungan pada smartphone di saat rapat atau meeting merupakan perilaku menyimpang. Apabila diteruskan, keadaan seperti ini akan mengurangi rasa kepercayaan dan keharmonisan dalam institusi dan organisasi yang menyebabkan terganggunya profesionalitas. Masih maukah menggunakan smartphone saat orang berbicara?
0 comments: