Saturday, December 23, 2017

Warung kopi, “riwayatmu kini”

Warung kopi di zaman modern
“Kalau saja Soekarno masih hidup, negara-negara kecil di sekitaran Indonesia itu sudah gabung sama kita”, kata seorang bapak tua. Kutipan kalimat itu didengar di sebuah warung lontong dan kopi pada tahun 1996an. Ya, warung kopi adalah tempat untuk berinteraksi antar sesama dalam rangka membicarakan segala hal termasuk sejarah dan politik.

Dirasah Ilmu – Namun, kutipan tersebut sekarang sudah berbeda dengan kutipan orang-orang yang sedang berada di warung kopi. Para pengunjung warung kopi sekarang justru menikmati layanan-layanan yang disediakan oleh si empunya warung kopi, seperti WiFi, sumber listrik gratis, televisi kabel berbayar, live music. Dan bahkan, beberapa diantaranya menyediakan layanan permainan konsol game seperti PS3 dan PS4. Dengan demikian, warung atau kedai kopi bukanlah lagi sebagai tempat bercengkerama, melainkan sebuah warung serba ada.

Padahal sebuah warung kopi adalah warung yang menyediakan minuman utama berbasis kopi seperti kopi hitam, kopi susu, cappuccino, espresso ataupun café latte. Selain kopi, minuman lain yang disediakan berupa teh. Warung kopi juga menyediakan baik minuman panas maupun dingin, dan secara budaya warung kopi hanya menyediakan jenis makanan tertentu seperti kudapan ringan, kue kering dan kue basah. Berbeda dengan warung kopi di zaman sekarang, dimana minuman dan makanan lain juga disediakan.

Namun dalam artikel kali ini, pembahasan lebih tepatnya mengarah pada aktivitas yang ada di warung kopi meskipun makanan dan minuman sebenarnya mempengaruhi aktivitas konsumen. Dari sudut pandang budaya, warung kopi adalah sebuah pusat tempat berkumpulnya masyarakat untuk berinteraksi antar sesama, atau sebagai tempat untuk membaca, menulis atau hanya sekedar tempat berkumpul. Banyak tokoh-tokoh dunia yang mencari dan mengembangkan idenya di sebuah warung kopi, sebut saja seperti Newton dan Halley, serta JK. Rowling.

Warung Kopi di Indonesia
Dahulunya, warung kopi memang berbentuk sebuah warung dengan disediakannya makanan ringan seperti roti dan goreng-gorengan. Bahkan, di beberapa warung kopi tertentu disediakan bubur atau lontong untuk sarapan pagi. Namun, yang menarik dari warung kopi di Indonesia itu adalah adanya surat kabar yang selalu disediakan oleh para penjaga warung. Tak hanya satu jenis surat kabar, bahkan ada sampai dua atau tiga jenis surat kabar. Menurut kebiasaan, warung kopi memang salah satu tempat intelektual untuk berdebat dan berdiskusi.

Berkembangnya teknologi mengakibatkan perubahan yang signifikan pada warung kopi. Munculnya teknologi internet nirkabel atau WiFi mengubah warung kopi seperti warung internet. Namun demikian, masih ada beberapa warung kopi yang tetap menyediakan surat kabar, bahkan majalah untuk dibaca meskipun pengunjung hanya meminum kopi sambal menikmati layanan internet gratis. Akan tetapi, pergeseran pemahaman warung kopi pun terus terjadi hingga munculnya layanan aplikasi berbasis video dan game.

Secara kultural, sebenarnya kehadiran teknologi WiFi memberikan kemudahan dalam berinteraksi, khususnya berdiskusi dan berdebat ataupun pada saat menulis dan membaca. Terlebih lagi bagi mereka yang sedang menikmati tontonan yang bersifat edukatif dan inspiratif meskipun lebih menarik hal-hal yang berbau olahraga. Akan tetapi, bagi generasi milenial hal tersebut justru dimanfaatkan sebagai sarana untuk memuaskan rasa candu media sosial dan game online. Ya, anda akan mendapati mereka yang memainkan telepon pintarnya dibandingkan berbicara mengenai segelas minuman kopi yang dipesannya.

Warung kopi saat ini hanya tinggal kenangan. Pusat munculnya ide-ide brilian dan tempatnya berdebat dan berdiskusi tak lagi identik dengan kopi ataupun teh. Warung kopi, “riwayatmu kini”

0 comments: