Sunday, February 18, 2018

Terumbu karang dalam masalah! bagaimana masyarakat mengatasinya?

Konservasi terumbu karang efektif dilakukan dengan peran serta masyarakat sekitar
(gambar didownload dari greenpeace.com)
Tim internasional yang terdiri dari beberapa ilmuwan telah mengembangkan strategi baru untuk meningkatkan kemampuan masyarakatat untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim. Strategi ini membuka pemahaman baru bagaimana cara kita untuk mengatasi hal-hal yang berkaitan terhadap perubahan iklim. Strategi tersebut dipublikasi dalam jurnal Nature Climate Change.

Jutaan masyarakat pesisir yang berada di kawasan tropis telah terkena dampak negatif dari pemutihan terumbu karang global. Pemutihan terumbu karang atau coral bleaching disebabkan oleh naiknya pH air laut akibat larutnya karbon dioksida dalam air laut. Sebagai hasilnya, air laut yang bereaksi dengan gas karbon dioksida meningkatkan peningkatan asam asetat. Semakin tinggi konsentrasi asam asetat didalam air, maka semakin tinggi tingkat keasamannya. Hal ini lah yang sedang terjadi di beberapa wilayah perairan tropis di bumi. Untuk itu, diperlukan strategi untuk mengurangi tingkat keasaman pada air laut tersebut karena keasaman dapat merusak terumbu karang. Tentunya, ini berdampak pada ekosistem laut yang pada akhirnya dapat mengancam kehidupan di bumi.

Seperti yang dilansir dari laman situs phys.org, Profesor Joshua Cinner dari James Cook University menyatakan bahwa strategi ini diperlukan agar masyarakat dunia khususnya mereka yang tinggal di wilayah pesisir pantai dapat berpartisipasi aktif dalam rangka mengurangi pemutihan terumbu karang. Yang menjadi hal yang menarik adalah wilayah terumbu karang yang mengalami kerusakan umumnya berada di wilayah perairan tropis dengan kondisi ekonomis rendah dan menengah. Pada umumnya, masyarakat pesisir pantai yang memiliki keterbatasan ekonomis secara langsung bergantung pada ketersediaan laut. Untuk memenuhi konsumsi sehari-hari, mereka langsung menangkap ikan baik secara tradisional maupun dengan cara modern. Hal ini tentunya berimplikasi pada masyarakat pesisir pantai adalah orang-orang yang sangat bergantung pada laut, tak hanya makanan melainkan untuk hal-hal lain seperti pariwisata dan bisnis pemancingan.
Proses rehabilitasi terumbu karang yang dilakukan oleh TNI AL
Ada lima langkah yang diusulkan oleh para peneliti yang berdasarkan jurnal yang telah dipublikasi di jurnal Nature Climate Change. Menurut Professor Cinner yang juga merupakan pemimpin pada studi yang melibatkan para peneliti dari Universitas Exeter, Amerika Serikat, Australia dan Cili menyatakan bahwa masyarakat pesisir memiliki kapabilitas yang dapat mencegah terjadinya coral bleaching akibat pengasaman air laut. Berikut kelima usulan yang dipublikasi:
  1. Hal pertama ialah dengan meyakinkan masyarakat pesisir bahwa mereka memiliki aset penting lainnya yang tak hanya bersumber dari laut. Ketergantungan masyarakat pesisir disebabkan sumber ekonomis mereka semata-mata hanya bergantung dari ketersediaan laut. Oleh karenanya, masyarakat pesisir perlu untuk didampingi bahwa mereka memiliki aset lain seperti rumah, tanah, ataupun kekayaan alam lainnya seperti pepohonan dan hutan. Akan tetapi, aset-aset ini perlu dikembangkan sehingga dapat menambah sumber pendapatan mereka.
  2. Hal selanjutnya adalah dengan menyediakan fleksibilitas untuk berubah. Maksud fleksibilitas disini ialah kemampuan masyarakat untuk mengubah cara pandang dan perilaku untuk meminimalisis kekurangan ataupun untuk mendapatkan keuntungan. Menurut Profesor Eddie Allison dari Universitas Washington, Amerika Serikat yang pernyataanya ditulis di situs phys.org mencontohkan bahwa para nelayan dapat mengubah pola tangkapannya dari spesies tertentu ke spesies lain. Atau kemampuan nelayan untuk berubah dari menangkap ikan menjadi penangkaran ikan seperti ikan kerapu.
  3. Pengajaran mengenai perubahan iklim dan proses adaptasi ekosistem pantai dan laut. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa masyarakat pesisir bergantung pada ketersediaan laut baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun sebagai sumber penghasilan. Perubahan iklim tentunya berdampak pada pola penangkapan karena ikan-ikan tak lagi banyak seperti dahulu sehingga masyarakat perlu diberikan pelatihan tentang metode dan strategi baru agar mereka dapat bertahan hidup tanpa terlalu bergantung pada ketersediaan laut.
  4. Peningkatan hubungan sosial. Masyarakat pesisir umumnya berada dalam struktur sosial yang sangat dekat. Mereka saling mengenal antara satu sama lain meskipun jarak antar rumah cenderung jauh. Meskipun demikian, persoalan ekonomis memaksa mereka untuk berkompetisi satu sama lain seperti istilah homo homini lupus. Padahal, hubungan sosial ini merupakan sumber daya yang berharga dan berpotensi besar apabila digunakan atau dimanfaatkan pada jalan yang tepat. Sebut saja seperti penangkaran ikan kerapu yang dikerjakan dalam sebuah kelompok sosial yang dapat meringankan masyarakat dari aspek ekonomis dan energi namun berpotensi meningkatkan taraf hidup.
  5. Pendayagunaan masyarakat adalah hal terkahir yang perlu dilakukan. Masyarakat pesisir memiliki sumber daya alam yang tak terbatas, dan itu tak hanya pada kekayaan alam saja. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hubungan sosial yang dimiliki oleh masyarakat pesisir sangat kuat karena adanya ikatan persaudaraan.
Secara garis besar, kelima proposal yang diajukan oleh para peneliti ini bertujuan untuk membangun kapasitas bertahan hidup atau adaptasi masyarakat pesisir dalam menghadapi dampak perubahan iklim di wilayah perairan atau pesisir tropis. Keadaan masyarakat yang tergolong kompetitif dapat diatasi dengan adanya kelompok-kelompok kerja yang saling berintegrasi sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan lingkungan karena masyarakat pesisir sangat bergantung pada ketersediaan laut.

0 comments: